Dmagz.id – Keunggulan perolehan suara pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo – Ma’ruf Amin pada kontestasi pesta demokrasi pemilihan umum 2019 terbilang menarik untuk dianalisa dan dikaji, meski terlalu dini untuk mengatakan pasangan Jokowi-ma’ruf telah seutuhnya keluar sebagai pemenang mengalahkan Pasangan 02 Prabowo-sandi, setidaknya kita bisa melihat gambaran umum hasil akhir dari pemilu 2019 yang melelahkan ini melalui hasil 12 lembaga survei dengan metode ilmiahnya yang mengunggulkan pasangan 01 dengan selisih keunggulan suara rata2 10%.

Terlepas dari spekulasi yang berkembang hari ini, bahwa kubu 02 yang lebih dulu mendeklarasikan diri sebagai pemenang kontestasi pemilu 2019 dengan dasar Exit Poll, Quick Count maupun realcount dari internal mereka, itu sah saja dilakukan mengingat pada pemilu sebelumnya mereka melakukan hal yang sama, mungkin itu dejavu, euphoria kemenangan yang terlalu dini untuk di selebrasikan nantinya akan menjadi pil yang teramat pahit yang harus di telan.

Sejauh kita mengamati fenomena yang terjadi pada pemilu ini, banyak catatan yang sungguh menjadi koreksi bagi kita semua sebagai sebuah bangsa yang besar untuk terus menjaga kedewasaan dalam menyikapi setiap fenomena yang mengarah pada perpecahan dan disharmonis antar warga negara, Isu SARA yang berkembang meruncing di beberapa bulan terkhir sungguh menjadi pukulan tersendiri bagi kita semua mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen yang menaungi dari banyak Suku, Bahasa, kebudayaan adat istiadat.

Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar negara mengingatkan bahwa kita adalah kepingan yang di rajut menjadi sebuah negara, perbedaan bukanlah sesuatu yang harus trus diperdebatkan tapi perbedaan itulah menjadi inti dari kekuatan kita untuk membangun bangsa yang besar, tentu dalam membagun bangsa yang besar kita memerlukan satu pemimpin yang dapat menjadi pemersatu dan juru damai dari pertikaian yang timbul diantara bangsa ini.

Isu SARA dan Politisasi Agama

Isu sara seolah menjadi santapan ringan menjelang pemilu 2019 ini, politik electoral dan identitas terus meruncing seolah membelah bangsa ini menjadi dua kutub yang terus tarik menarik dalam meyakinkan masyarakat bahwa kubu A lebih agamis dari kubu B, mengingat rakyat Indonesia sebagian besar beragama islam, tak pelak isu agama menjadi komuditi yang harus di digalakkan demi memenangkan perhatian.

Politisasi agama menjadi Headline dalam berbagai percakapan baik di dunia offline maupun dunia online, tak pelak kecanggihan teknologi informasi sangat membantu memudahkan beredarnya isu yang dibuat untuk menjangakau masyarat dari yang tinggal di kota sampai kepelosok kampung, sayang nya masyarakat yang belum siap dengan itu semua dengan mudah mempercayai isu yang beredar tanpa terlebih dahulu mengkonfirmasi sumber apakah itu benar atau hoax.

Media social sebagai sebuah sarana berinteraksi di dunia online sungguh menjadi arena “perang” semua lapisan masyarakat mulai dari para intelektual, akademisi, teknokrat, pengusaha, buruh, petani sampai anak milenialpun tak luput dari war medsos, disadari atau tidak medsos hari ini menjadi media yang sangat efektif dalam menyiarkan setiap olah pikir baik itu santun mengandung pujian maupun itu Hoax mengandung caci maki.

Ma’ruf Amin Efek

Entah apa alasan dipilihnya KH. Ma’ruf Amin untuk mendampingi Presiden Jokowi sebagai Wakil Calon Presiden dalam berkontestasi di pemilu 2019, ini seolah menjadi sebuah keputusan kunci yang tepat dalam suksesi Jokowi melanggeng untuk kedua kalinya menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Tentu bukan tanpa alasan, belajar dari Pilgub Jakarta dan Basuki Tjahya Purnama (Ahok) sebelumnya, Isu SARA dan politisasi agama sungguh menjadi tema penting utama yang mendominasi, akibatnya keheterogenan Jakarta sebagai kota penting Indonesia tercabik cabik, sehingga menjadi satu pelajaran penting bagi para pemangku kebijakan untuk menentukan bersama siapa Jokowi bersanding dalam perhelatan pilres kali ini.