Dmagz.id – Beberapa hari ini ramai diperbincangkan pembakaran bendera sebuah organisasi yang dilarang oleh pemerintah yang dilakukan oleh Banser. Kejadian ini terjadi di Limbangan, Garut, Jawa Barat, dan bertepatan dengan perayaan Apel Hari Santri Nasional.
Isu ini digoreng sedemikian rupa dengan kalimat “bendera tauhid”, hingga memantik reaksi umat Islam secara luas.
Kalimatnya benar, kalimat tauhid. Tapi tujuannya adalah provokasi yang licik.
Benarkah dalam hal ini Banser lancang menista agama Islam? Bukankah Banser adalah sayap organisasi Islam yang notabene sudah sangat konkrit kontribusinya untuk bangsa Indonesia. Mulai pra kemerdekaan, hingga pasca kemerdekaan.
Ada beberapa hal yang perlu kita pahami dalam konteks masalah ini.
1. Bendera adalah simbol
Dewasa ini, Indonesia sedang dapat ujian ideologi. Dimana, ideologi Pancasila hasil ijtihad ulama pendahulu, ingin dicuci dan di manipulasi sedemikian rupa oleh sebuah gerakan organisasi trans-nasional bernama Hisbut Tahrir dengan menganut sistem yang namanya khilafah. Seperti organisasi pada umumnya, Hisbut Tahrir ini membuat simbol-simbol untuk merepresentasikan gerakan mereka. Kalimat tauhid sebagai landasan paling dasar umat Islam dijadikan lambang gerakan ini dengan beragam bentuk. Mulai bendera, ikat kepala, spanduk, poster, dan lain sebagainya.
Kenapa?
Ini merupakan strategi jitu, bahwa jika prinsip dasar umat islam ini diakuisisi maka secara otomatis, gerakan ini seolah-olah adalah gerakan yang islami. Ditambah dengan masifnya doktrin-doktrin berkedok pengajian yang endingnya adalah rekruitment anggota.
Tapi, benarkah islami?
Coba lihat Al-Qaeda, atau ISIS yang juga mengekploitasi kalimat suci umat Islam ini sebagai sebuah simbol pergerakan. Apakah mereka islami?
Faktanya, semua hanya sebuah cara untuk meraih dukungan, dan konsep management massa berbasis ideologi agama.
Maka, bisa disimpulkan bahwa kalimat tauhid sudah dijadikan alat dengan bentuk simbol-simbol.
Pertanyaannya, apakah Islam hanya mereka, Al-Qaeda, ISIS, atau Hisbut Tahrir?
Atau dalam konteks negara, apakah negara muslim hanya Arab Saudi yang kebetulan juga benderanya adalah kalimat Tauhid.
Bagaimana dengan Mesir, Iran, Brunei Darussalam, atau bahkan Indonesia?
Apakah mereka tidak islami?
Jadi, kalimat tauhid dan bendera organisasi adalah dua hal yang berbeda.
2. Yang Dibakar Adalah Bendera HTI
Dari pemahaman diatas, yang dibakar Banser adalah Bendera (simbol) HTI. Bukan dalam rangka memberangus kalimat Tauhid seperti narasi yang dibangun oleh mereka yang dengan sengaja untuk membangun asumsi bahwa Indonesia itu negara kafir.
Kalau kita mau objektif, Nahdhatul Ulama (NU) yang merupakan induk organisasi dari Banser, yang oknumnya membakar bendera HTI saat apel Hari Santri Nasional kemarin, sudah sangat lebih matang dalam kajian keislamannya dibanding sebuah organisasi yang tiba-tiba datang dan merusak tatanan.
Dan NU sejak dulu, memiliki kontribusi konkrit dalam memperjuangkan Islam dalam kerangka bernegara sejak zaman penjajahan hingga sekarang. Pastinya, dengan cara-cara yang elegan bukan arogan. Dan NU dengan sangat konsisten sejak dulu untuk merepresentasikan Islam yang rahmatan Lil ‘alamin, bukan dengan cara-cara provokasi dan teror seperti yang di visualisasikan oleh HTI selama ini.
Jadi, kalau ngomong cara menghormati kalimat tauhid sesuai esensinya, sebenarnya NU lebih kompeten dibanding HTI yang dengan sengaja, menarik kalimat suci ini keranah politis untuk tujuan ambisi makar dimanapun mereka berada.
Ingat… Bukan hanya Indonesia yang melarang organisasi HTI, beberapa negara juga melarang gerakan ini. Termasuk Arab Saudi. Itu artinya, mereka terlalu bahaya untuk dibiarkan tumbuh, karena akan selalu jadi duri dalam daging.
Dalam rangka ini, Banser sudah benar. Menjaga kesucian kalimat ini dengan membakar semua simbol-simbol yang menggunakan kalimat tauhid sebagai alibi dan pembenaran sikap arogan dan kesewenang-wenangannya, dan selalu mengekploitasi kalimat tauhid sebagai tujuan politik dalam bentuk simbol-simbol organisasi.
3. HTI Sindikat Isu Merobek Bangsa
Seperti yang disampaikan oleh Wiranto pasca isu pembakaran bendera HTI jadi polemik, ditemukan fakta bahwa :
Ternyata simbol-simbol ini muncul dibeberapa tempat, di perayaan Hari Santri Nasional kemarin yang bertepatan dengan tanggal 22 Oktober. Disemua daerah semua bisa diamankan dengan aman, tapi di Limbangan, Garut, Jawa Barat, insiden lebih reaktif yaitu dengan membakar simbol-simbol tadi dan spontan dilakukan oleh Banser dan para santri karena sudah “gregetan” dengan segala bentuk provokasi yang selama ini mereka lakukan.
HTI sudah seringkali membuat kontroversi dengan mengatakan bahwa Negeri ini thogut, Kafir dan segala stigma negatif tentang bangsa ini. Tujuannya apa? Makar dan mereka akan mengambil alih pemerintahan. Selanjutnya apa yang akan terjadi? Mungkin Suri’ah dan Irak sudah sangat objektif menjadi contoh apa yang akan selanjutnya terjadi jika organisasi radikal ini bisa melakukan kudetanya.
Apakah mereka akan berhenti? Tidak akan pernah. Buktinya, walaupun sudah dibubarkan, ternyata mereka masih eksis dan terus menjadi mesin provokasi dinegeri ini. HTI menjadi sindikat isu provokasi yang sangat kompeten dalam mengancam keberagaman dan keutuhan bangsa Indonesia.