Dahnil Anzar Simanjuntak Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah memilih menjadi Kordinator Juru Bicara Tim Pemenangan Prabowo. Dan melepas jabatannya sebagai Dosen Tetap Aparatur Sipil Negara (ASN) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Tapi tidak dengan statusnya sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah.
“Hal yang penting saya ingin sampaikan, seperti teman-teman ketahui posisi saya sebagai Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandi itu, tidak terkait dengan posisi lain saya sebagai Ketua Umum Persatuan Pemuda Muhammadiyah. Persatuan Pemuda Muhammadiyah secara institusional itu netral,” ujar Dahnil saat ditemui usai pemeriksaan di Mapolda Metro Jaya, Selasa (16/10).
Dikutip dari : https://m.republika.co.id
Beberapa alasan dikemukakan oleh Dahnil pria kelahiran Aceh ini, terkait pilihan politiknya bahwa ini adalah pilihan pribadi bukan organisasi PP Pemuda Muhammadiyah yang dipimpinnya.
Benarkah demikian?
Secara politik, PP Muhammadiyah sudah dengan tegas mengambil sikap netral dalam kontestasi pilpres 2019 nantinya. Tapi sikap Dahnil dengan terlibat aktif dalam politik praktis sangat memungkinkan untuk membentuk opini masyarakat bahwa Muhammadiyah sudah digunakan sebagai kendaraan politik oleh sebagian orang yang ingin mencapai sebuah tujuan politiknya. Dan ini harus sama-sama dijaga, bukan hanya Muhammadiyah tapi juga NU dan organisasi lainnya.
Hal ini memancing komentar dari Dr. Syaiful Ma’arif, SH.MH.CN sebagai Pembina Relawan Jokowi-Ma’ruf (RJM) di Surabaya saat berbincang dan dimintai tanggapannya oleh Dmagz.id.
“Terkait keputusan Mas Dahnil Asnar Simanjuntak menjadi Kordinator Juru Bicara Tim Pemenangan Prabowo, secara pribadi menurut saya, itu sah-sah saja. Ini membuktikan bahwa semakin banyak anak muda yang terlibat dalam proses politik, diharapkan kedepannya akan mampu memberikan warna yang lebih baik pada harapan demokrasi kita kedepannya. Tapi yang perlu digaris bawahi adalah, jangan hanya karena sebuah tujuan mulya menabrak tata etika yang ada. Jelas Dr. Syaiful Ma’arif, SH.MH.CN saat dimintai tanggapannya tentang hal ini, Minggu (17/11/2018).
Foto : Pembina RJM Dr. Syaiful Ma’arif, SH.MH.CN bersama Presiden Jokowi, saat acara pembebasan tarif Suramadu.
Ditanya lebih jelas tentang hal ini, Syaiful Ma’arif menyatakan, objektifnya harusnya Dahnil memang juga harus meletakkan jabatannya sebagai ketua PP Pemuda Muhammadiyah, seperti yang dilakukannya sebagai Dosen.
“Semua memang sebuah pilihan, setiap orang memiliki cara untuk berjuang untuk negaranya menurut caranya sendiri-sendiri. Tapi, menurut saya alangkah eloknya jika itu bisa dilakukan oleh mas Dahnil melepaskan jabatannya sebagai PP Pemuda Muhamadiyah, agar tidak muncul persepsi negatif kepada organisasi Muhammadiyah secara umum, karena Muhammadiyah lebih dari sekedar aktivitas politik capres atau cawapres saja.” Jelasnya.
“Setiap orang memiliki tujuan politiknya sendiri-sendiri, tapi yang terpenting itu untuk kemaslahatan bersama, tapi juga tidak boleh pragmatis, apalagi praktis.” Tutupnya.
LK-Surabaya.