Dmagz.id – Pengurus Cabang NU Surabaya, merasakan hal yang istimewa dalam peringatan Hari Pahlawan tahun ini. Hal ini, disampaikan oleh Muhibin Zuhri Ketua PC NU Surabaya siang tadi Minggu (10/11/2019). Pengurus Cabang NU Surabaya mengucapkan rasa syukurnya, karena pada hari Pahlawan tahun ini, bertambah keberkahan yang salah satunya adalah, dengan ditetapkannya KH. Masjkur (Pimpinan Laskar Hisboellah) yang juga merupakan mantan Ketua Umum PBNU sebagai Pahlawan Nasional.

Baca juga : https://dmagz.id/tokoh/6-tokoh-mendapat-gelar-pahlawan-dari-negara-satu-dari-jawa-timur

“Rasa bangga sebagai Nahdliyyin semakin bertambah, seiring penetapan salah satu putra terbaik Nahdhatul Ulama sebagai Pahlawan Nasional. Apalagi berasal dari Surabaya”, ujar Muhibin dengan sangat bangga.

Kebanggan lain yang dirasakan NU Surabaya adalah dalam peringatan Hari Pahlawan di Surabaya, ditampakkan dengan jelas fragmen sejarah peran ulama dan laskar-laskar santri dalam pertempuran 10 November 1945. Hal ini, bisa dilihat langsung dari narasi dan teatrikal pada acara Parade Juang yang diselenggarakan oleh Pemkot Surabaya, kemarin Sabtu 09 November, di Tugu Pahlawan dan Taman Bungkul.

Bahkan hari ini dalam apel Peringatan Hari Pahlawan di Balai Kota, untuk pertama kalinya lagu Mars “Syubbanul Wathan” dinyanyikan di acara resmi pemerintah kota Surabaya. Lagu yang dikarang oleh salah satu tokoh Nahdhatul Ulama KH. Wahab Hasbullah ini, dulunya saat masa-masa perjuangan digunakan untuk menyemai nasionalisme di kalangan santri.

Syair lagu Mars “Syubbanul Wathan” yang berbahasa arab, ternyata juga memiliki makna kala itu, yaitu agar supaya tidak dimengerti penjajah baik oleh Belanda maupun Nippon. Hal ini, menjadi salah satu strategi cerdik para ulama kala itu, dimana dari makna syair lagu tersebut adalah untuk mengajarkan bahwa mencintai negeri merupakan sesuatu yang inhern dari keimanan.

“Dalam dua hari ini momentum peringatan Hari Pahlawan menampilkan heroisme laskar santri. Ini jelas membanggakan karena selama ini peran para santri tidak tampak dalam peringatan Hari Pahlawan. Baru tahun ini, sangat tampak sesuai dengan alur sejarah yang sebenarnya”, ujar Akademisi Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya.

Baca juga : https://dmagz.id/umum/songsong-hari-pahlawan-pemkot-surabaya-napak-tilas-lewat-parade-surabaya-juang

Ditambahkan pula oleh Muhibin, dari fragmentasi tersebut dengan mudah difahami mengapa saat AFNEI yang diboncengi NICA datang ke Surabaya pada September 1945, KH. Hasyim Asjari mengeluarkan sebuah ajakan yang akhirnya kita kenal dengan istilah “Fatwa Jihad”. Fatwa Jihad juga akhirnya bergulir dengan melahirkan “Resolusi Jihad” yang digaungkan oleh beberapa Ulama se-Jawa, dan Madura. Hal inilah juga yang membuat resonansi perlawanan rakyat khususnya di Surabaya menjadi semakin secara masif. Dan puncaknya adalah pertempuran 10 Nopember dimana sejarah mencatat menjadi salah satu pertempuran paling hebat yang menelan banyak korban jiwa hingga puluhan ribu nyawa melayang.

Muhibin mengaku merasa sangat bangga, dan mewakili PC-NU dan warga Nahdliyin Surabaya, mengapresiasi Pemkot Surabaya atas inisiasi dan terselenggaranya Peringatan Hari Pahlawan tahun ini. Muhibin juga menyampaikan, bahwa bagi Nadhatul Ulama, fragmen sejarah yang sempat “hilang” dari gistoriografi perang kemerdekaan ini, adalah hal yang sangat luar biasa. Sehingga generasi sekarang dan generasi yang akan datang, dapat memperoleh narasi utuh sejarah bangsanya dengan acara ini.

“Terima kasih Pemkot Surabaya, yang telah mengembalikan ruh sejarah perjuangan arek-arek Surabaya, saat 10 Nopember sesuai fakta sejarah yang sebenarnya”, ujar Muhibin Zuhri.

LK-SURABAYA