Dmagz.id (Surabaya) – Pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk Surabaya Raya yang meliputi Kota Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, ternyata sangat berdampak terhadap pedagang kaki lima.
Seperti usaha warung kopi yang telah menjamur di Kota Surabaya dan terbukti telah menjadi penyangga ekonomi di wilayah Surabaya Raya. Sayangnya jenis usaha masyarakat ini harus gulung tikar dikorbankan demi ambisi penerapan PSBB.
Pernyataan ini disampaikan Kusnan Hadi, bakul kopi di Surabaya yang mengaku telah menutup usahanya di Jl. Pahlawan Surabaya karena sepi pengunjung meski telah menerapkan protokol kesehatan.
Kusnan mengatakan, seharusnya pemerintah berhitung soal dampak yang ditimbulkan sebelum mengajukan dan menerapkan PSBB, karena akibatnya sangat buruk terhadap perekonomian masyarakat. Apalagi jelang Hari raya Idul Fitri.
“Semestinya hal coba-coba yang tidak menghasilkan apa-apa tidak perlu ditindaklanjuti dan tidak perlu di teruskan. Sama persis PSBB saat ini. Bagi saya bukan hanya gagal dalam pelaksanaannya, tapi mulai dari awal sudah amburadul,” ujar Kusnan yang juga seorang seniman.
Menurutnya penindakan atau hukuman terkait kebijakan PSBB hanya menjadikan rakyat sebagai obyek, tetapi hak nya di nomor duakan. Semata -mata demi ambisi dan politisasi kebijakan.
“Penuhi dulu hak warga, baru perketat kebijakan,” ujarnya.
Saat ini menutut Kusnan banyak pedagang kopi seperti dirinya tidak tahu harus berbuat apa. Bekerja tidak boleh, bantuan yang dijanjikan oleh Gubernur yang konon kabarnya sampai 9 lapis juga tidak didapatkan. Sementara keluarga membutuhkan penghasilan untuk kehidupan.