Dmagz.id – Beberapa pengamat, bahkan masyarakat umum menyatakan bahwa gerakan reuni 212 adalah gerakan politik. Ada beberapa alasan kuat kenapa sebagian besar orang menganggap ini adalah sebuah gerakan politik oposisi. Salah satunya adalah karena saat ini Indonesia berada dalam suasana jelang pemilu pemilihan presiden dan wakil presiden 2019, dan mobilisasi massa merupakan salah satu cara merepresentasikan dukungan.

Menurut Dr. Syaiful Ma’arif, SH.MH.CN, Wakil Direktur Pengalangan dan Penjaringan TKN Jokowi – Ma’ruf, setidaknya ada beberapa hal yang perlu dipahami masyarakat tentang gerakan ini.

1. Undangan Hanya Kepada Paslon no.2
Menurutnya, merujuk catatan dari media
acara reuni 212 adalah gerakan politik terselubung dari paslon nim 2, Prabowo Subianto – Sandiaga Ini. Hal ini didasarkan beberapa indikasi misalnya, Undangan hanya kepada kelompok paslon no.2.
Hal ini juga dibuktikan bahwa acara ini di dominasi oleh tim sukses Paslon no.2. “Semua tim inti Pendukung Paslon no.2, kordinator dan motor gerakan dari tim Prabowo – Sandi” jelasnya.

2. Ijtima’ Ulama
Yang kedua, menurut Dr. Syaiful Ma’arif hadirnya beberapa tokoh politik, mulai dari Amien Rais, Fadli Zon, yang memang sangat getol menstimulasi gerakan yang provokatif.
Terakhir bisa dilihat bagaimana sikap Amin Rais yang dengan terang-terangan mengatakan akan menjewer Ketua PP Muhammadiyah, karena hal politis. Serta hadirnya tokoh ulama yang sebelumnya menyatakan pendukung prabowo dalam bentuk dengan produk ijtima’ ulama.

3. Hadirnya Prabowo di reuni ini, dan berorasi.
Yang ketiga, menurut Syaiful adalah hadirnya capres Prabowo Subianto ke reuni ini. Ini menyatakan bahwa acara ini memang gerakan politik yang dibungkus dengan reuni 212. Walaupun memang seolah-olah Prabowo diundang dalam forum ini, Jelasnya.

Hal ini semakin menejlaskan point pertama dan kedua sekaligus. Sekaligus, menerangkan bahwa gerakan ini patut dicurigai sebagai gerakan politik praktis, jelasnya lagi.